Rabu, 11 Februari 2009

Fanomena di kota Amuntai

Di wilayah Kalimantan Selatan ada sebuah kota yang berjuluk Kota Bertaqwa . Amuntai itulah namanya, yang berada di kabupaten Hulu Sungai Utara . (photo lama)









Kemudian tipe tata kota seperti halnya tipe-tipe kota

Islam lainnya, maka tata kota nya nggak jauh-jauh antara
pusat ibadah, pusat pemerintahan dan pusat kegiatan
masyarakatnya. sebenarnya nggak juga sih kalau tepat seperti

tata kota-kota islam tapi, tipenya ya.. Semua itu karena
hampir semua masyarakat Amuntai beragama Islam .

(photo baru)










maskot kota amuntai, yakni itik sebenarnya selain ngetop dengan itik alabio, kota Amuntai ini juga dikenal dengan hadangan kalang (kerbau rawa) yang berada di
kecamatan danau panggang.









Tempat belanja orang-orang Amuntai ialah Plaza Amuntai.
Plaza ini tidak lama
didirikan , kalau tidak salah sudah 3 tahunan.















Tapi masih banyak orang Amuntai yang berbelanja di pasar trradisional yaitu Pasar Amuntai. Pasar Amuntai merupakan pasar mingguan yaitu pada hari kamis . Tapi pasar ini tetap buka setiap hari meski nggak seramai pada hari kamis.








Kalau yang ini adalah Taman Putri
Junjung Buih. Taman ini sering
dijadikan sebagai tempat nongkrong
oleh anak2 muda Amuntai

Banjir Di Amuntai

Di Amuntai, kejadian banjir bukan merupakan suatu malapetaka yang sering berlaku pada setiap tahun. Ini adalah kerana jumlah hujan tahunannya melebihi 2030 mm dan taburannya tidak sekata. Kawasan yang menerima 2800 mm sepanjang tahun adalah di kawasan Halong . Kawasan-kawasan kaki bukit menerima hujan di antara 2000 hingga 2800 mm. Sementara kawasan yang menerima hujan kurang daripada 2000 mm setahun adalah daerah Amuntai dan bagian kalua . Oleh yang demikian kawasan Hulu Sungai Utara adalah kawasan yang banyak menerima hujan. Keadaan muka buminya yang rendah, menyebabkan dia senantiasa mengalami masalah banjir sekiranya berlaku hujan lebat. Antara daerah yang sering mengalami masalah ini adalah amuntai , kalua , tanjung .

Daerah resapan di hutan tak lagi mampu menahan air sehingga langsung meluncur ke sungai sambil membawa lumpur dan sampah kayu tebang. Sungai-sungai itu tak lagi mampu menampung besarnya air yang datang tersebut. Amuntai, ibu kota Hulu Sungai Utara, misalnya, sempat lumpuh, aktivitas ekonomi dan perkantoran pun berhenti akibat meluapnya Sungai Negara dan beberapa anak sungai lainnya. Jalan-jalan kota menjadi danau dan warga mengungsi ke rumah-rumah saudara mereka.

Penderitaan warga lain juga sama. Mereka umumnya menghadapi hidup yang sulit karena harus memperbaiki kerusakan rumah yang berhari-hari terendam air, sakit-sakitan, sebagian usaha pertanian mereka juga rusak dan puso, ternak mereka juga hanyut dan mati. "Kami sulit lagi mulai hidup. Selain rumah rusak dan sawah rusak, yang kami khawatir soal serangan penyakit. Banyak anak- anak terserang sakit perut, gatal-gatal, muntah-muntah, dan berak-berak.

Bencana- bencana ini setiap tahun juga bukannya berkurang, tetapi makin parah dan bertambah luas karena pembabatan hutan dan kegiatan penambangan emas tanpa izin secara tak terkendali juga jalan terus. Pulau ini berubah jadi langganan bencana